Oleh
Euis Widanengsih, SP.
Karet (Havea brasiliensis)merupakan
salah satu komoditas perkebunan. Devisa negara yang dihasilkan dari
komoditas karet cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro
(2013), produksi karet alam Indonesia pada 2011 merupakan terbesar ke
dua di dunia yakni mencapai 2.982.000 ton. Kontribusinya terhadap
produksi karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki luas area karet
mencapai 3.445.000 hektar dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat.
Namun produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektar
per tahun.Kerusakan dan kematian tanaman merupakan masalah penting pada perkebunan karet. Adanya serangan penyakit tanaman menjadi salah satu penyebab kerusakan dan kematian tanaman. Penyakit tanaman adalah gangguan fungsi sel dan jaringan tanaman yang dihasilkan dari infeksi terus menerus oleh patogen atau faktor lingkungan dan menghasilkan perkembangan gejala (Agrios, 2005). Penyebab penyakit yang sering dijumpai pada tanaman karet adalah jamur.
Jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus termasuk salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Daerah yang sering mengalami serangan berat jamur akar putih di Indonesia adalah Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Penyakit jamur akar putih menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangan penyakit ini akan berpengaruh negatif pada produksi kebun (Yulfahri, dkk., 2012).
Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas (Disbun Kuansing, 2010). Menurut Setyamidjaja (1993) serangan jamur akar putih biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak penanaman, dan sering berjangkit sampai umur 4-5 tahun. Semakin tua tanaman umumnya semakin tahan terhadap penyakit ini. Gejala serangan jamur akar putih berupa:
1. Tingkat permulaan
- Daun-daun menjadi kusam (tidak mengkilat) dan agak menggulung ke atas. Tanda-tanda khas ini bisa tampak jelas bila pengamatan kita membelakangi sinar matahari.
- Pada tingkat permulaan ini, akar-akar lateral dan sebagian akar tunggang serta leher akar masih terserang ringan. Pada perlukaan akar baru terdapat benang-benang jamur (rhizomorfa) berwarna putih kekuning-kuningan.
- Benang-benang jamur akar putih mudah dibedakan dengan jamur akar merah. Benang-benang jamur akar putih dalam keadaan basah maupun kering tetap berwarna putih, sedangkan benang-benang jamur akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dalam keadaan basah berubah warna menjadi merah.
- Daun-daun layu dan mulai menguning.
- Benang-benang jamur telah mulai menembus kulit akar yang mengakibatkan pembusukan-pembusukan setempat pada kulit akar.
- Kadang-kadang pohon masih bisa ditolong dengan usaha-usaha pemberantasan atau pengobatan yang intensif.
- Daun-daun mengering dan tetap menggantung pada pohon. Demikian pula ranting-ranting dan cabang-cabang mulai mengering. Daun-daun kemudian berguguran dan tanman pada akhirnya mati.
- Pada pohon karet yang terserang perakarannya sudah busuk dan mati. Pohon yang demikian harus dibongkar untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Jamur akar putih menular melalui kontak langsung
antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora
dapat juga disebarkan oleh angin. Spora yang jatuh di tunggul dan sisa
kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada
pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa
akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang
menjadi sumber penyakit (Yulfahri dkk., 2012)
Berdasarkan Disbun Kuansing (2010) beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian jamur akar putih diantaranya yaitu:- Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
- Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).
Sementara itu untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang jamur akar putih dapat dilakukan dengan cara:
- Pada serangan ringan masih dapat diselamatkkan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
- Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
- Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
- Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
- Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.
Diagnosa penyakit yang tepat dan cepat akan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan penyakit. Sampai saat ini, cara-cara penanggulangan penyakit karet yang dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek kultur teknis, manipulasi lingkungan, dan atau penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek tersebut. Khusus dalam penggunaan pestisida, perlu diperhatikan akan dampak negatifnya terhadap manusia, lingkungan, tanaman, dan organisme pengganggunya itu sendiri.
Sumber: http://skpkarimun.or.id
0 Komentar untuk "Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) pada Tanaman Karet (Havea brasiliensis)"